Kau yang selalu menyala dibalik tirai mataku, menerka dari belakang kacamu tentang sepiku. padahal sepiku telah pergi bersama kesunyian pada sekian teluk yang kutemui dalam jalanku kesini bersama kapal yang berselimutkan corak musim yang menempel tebal pada dinding - dinding pilu. yang kau terka itu cuma perhentian sejenak. seperti mati dalam sepuluh detak.
Dan kemudian berlari kembali dengan kencang bersama roda yang diiris miris pada jalan tragis. setelah itu amarahmua melotot, melompat kearah mereka yang bercanda dengan kaos Tuhan atas tampilan acak yang kau anggapa penat.Syarif Wadja Bae
awal mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar