Jumat, 02 Juli 2010

SAKSI

Kau bawa nada api pada senja kelam
menatap jingga dengan diam
untuk apa merengut
hanya karena tembang api yang ribut

tatkala angan tertiup
sebuah sajak maaf mengecup

ragam rasa menjadi nyanyian
melebur dalam lingkar lengan
merdu nada hatimu kurasa
ada kalanya kita kesepian!
Sekejap, semburat memecah gundah.
Terbungkus ruang dengan rupa surga dan neraka.
Pada kalbu yang yang dihiasi melati dan kawat duri
namaMU tetap kuhayati dalam nadi
dalam dosa dan pahala yang jadi saksi


Syarif Wadja Bae
Juni 2010

ingkar

Syarif Wadja Bae

Di antara kepingan perih,
Kau tambahkan gumpalan gelap yang membungkus api didadamu untuk dendam yang tak pernah usai.

Goresan luka semakin lebar di kalbu yang lapar akan hak.
Kalbu dengan darah yang membentuk mawar.
Semburat ke pintu langit.
Berteriak hingga serak.

Sebelum kau buat perjanjian, ajaklah egomu bersepakat dengan hatimu.
Renungkan, jika seandainya hakmu dirampas.
Terkutuk kau !!!

*Juni 2010

Binar Kesepian

Syarief Wadja Bae

Kesepian tumpah berserakan
bahkan becek dan memecah arah.
Pada relung pagi daun-daun berbisik
tentang kabut yang beranjak menutupi
tikungan tempat lahir aksara
yang membakar menit jika saja
sedikit gesekan terjadi
dan perang akan jadi akibat

Kunang-kunang menutup diri
dengan payung hitam
mengibar niat untuk menembus pagi
karena belum usai membekali kupu-kupu
pembawa tinta yang dikirim
untuk kertas-kertas dalam bilik abu-abu

Tak mau hanya dengan mengalir saja
tanpa memahami lubang-lubang
yang menjadi tempat menampung
dan mengendapkan segala aku
yang bisa mengakar lagi,
membuat isi kepala berjamur taring
hingga mata buta karena gagal
merekam mekar mawar yang dibungkus
binar kejujuran

Semua akan rugi bila yang dibangun
tiba-tiba menjelma fatamorgana.
Bersekutulah dengan musim
agar paham dan bertahan sampai
tujuan tanpa tameng yang disulap otak
untuk membangunkan penyakit lama


Maret 2010